Perang Baratayudha terjadi akibat perebutan
kekuasaan yang terjadi karena para putra Dretarastra tidak mau menyerahkan tahta kerajaan
Kuru kepada saudara mereka yang lebih
tua, yaitu Yudistira, salah satu lima putra Pandu alias Pandawa.
Dalam kitab Mahabharata disebutkan bahwa pangeran Dretarastra yang buta sejak lahir terpaksa menyerahkan takhta kerajaan Kuru dengan pusat pemerintahan di Hastinapura kepada adiknya, Pandu,
meskipun dia merupakan putra sulung. Pandu berputra lima orang, yang dikenal
dengan sebutan Pandawa, dengan Yudistira sebagai putra sulung. Setelah Pandu
wafat, Dretarastra menggantikan posisinya sebagai kepala pemerintahan sementara
sampai kelak putra sulung Pandu dewasa.Kelima putra Pandu (Pandawa) dan seratus putra Dretarastra (Korawa)
tinggal bersama di istana Hastinapura dan dididik oleh guru yang sama, bernama Drona
dan Krepa.
Disamping itu, mereka dibimbing oleh seorang bijak bernama Bisma,
kakek mereka. Oleh guru dan kakeknya, Yudistira dianggap pantas meneruskan
takhta Kerajaan Kuru, sebab ia berkepribadian baik. Disamping itu, Yudistira
merupakan pangeran yang tertua di antara saudara-saudaranya.
Setelah gagal dalam usaha
pembunuhan, kemudian Korawa
memutuskan untuk menipu para Pandawa dengan cara mengajak mereka bermain dadu,
dengan syarat yang kalah harus meninggalkan istana selama tiga belas tahun.
Permainan dadu yang sudah disetel dengan licik mengakibatkan Pandawa kalah,
sehingga mereka harus meninggalkan kerajaan selama tiga belas tahun dan
terpaksa mengasingkan diri ke hutan. Sebelum Pandawa dibuang, Dretarastra
berjanji akan menyerahkan takhta kerajaan Kuru kepada Yudistira sebab ia
merupakan putra mahkota Dinasti Kuru yang sulung.
Setelah masa pengasingan selama tiga
belas tahun berakhir, sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa berhak meminta kembali kerajaannya. Namun Duryodana menolak mentah-mentah untuk menyerahkan kembali
kerajaannya. Meskipun mendapatkan tanggapan seperti itu, Yudistira dan
adik-adiknya masih mampu bersabar. Sebagai seorang pangeran, Pandawa merasa wajib dan berhak turut serta dalam administrasi
pemerintahan, maka mereka meminta lima buah desa saja. Tetapi Duryodana sombong
dan berkata bahwa ia tidak bersedia memberikan tanah kepada para Pandawa,
bahkan yang seluas ujung jarum pun. Jawaban itu membuat para Pandawa tidak bisa
bersabar lagi dan perang tak bisa dihindari. Di pihak lain, Duryodana pun sudah
mengharapkan peperangan.
Misi damai Sri Kresna
Sebelum keputusan untuk berperang
diumumkan, Kresna
mencoba untuk melakukan perundingan damai. Kresna pergi ke Hastinapura untuk mengusulkan perdamaian antara pihak Pandawa dan
Korawa. Namun menolak usul Kresna dan merasa dilecehkan, maka ia menyuruh
para prajuritnya untuk menangkap Kresna sebelum meninggalkan istana. Tetapi
Kresna bukanlah manusia biasa. Ia mengeluarkan sinar menyilaukan yang
membutakan mata para prajurit Duryodana yang hendak menangkapnya. Pada saat itu
pula ia menunjukkan bentuk rohaninya yang hanya disaksikan oleh tiga orang
berhati suci: Bisma,
Drona,
dan Widura.Duryodana
Setelah Kresna meninggalkan istana Hastinapura, ia pergi ke Uplaplawya untuk memberitahu para Pandawa
bahwa perang tak akan bisa dicegah lagi. Ia meminta agar para Pandawa
menyiapkan tentara dan memberitahu para sekutu bahwa perang besar akan terjadi.
Jalannya
pertempuran
Pertempuran berlangsung selama 18
hari. Pertempuran berlangsung pada saat matahari muncul dan harus segera
diakhiri pada saat matahari terbenam. Pertempuran berlangsung sengit dan
mengesankan. Dalam setiap pertarungan yang terjadi dalam 18 hari tersebut,
ksatria yang tidak terbunuh dan berhasil mempertahankan nyawanya adalah
pemenang karena pertempuran tersebut adalah pertempuran menuju kematian. Siapa
yang bertahan hidup dan berhasil memusnahkan lawan-lawannya, dialah pemenangnya.
Hari
pertama
Setelah isyarat penyerangan diumumkan,
kedua belah pihak maju dengan senjata lengkap. Divisi pasukan Korawa dan divisi
pasukan Pandawa saling bantai. Bisma
maju menyerang tentara Pandawa dan membinasakan apapun yang menghalangi
jalannya. Abimanyu putra Arjuna
melihat hal tersebut dan menyuruh para pamannya agar berhati-hati. Ia sendiri
mencoba menyerang Bisma dan para pengawalnya, namun usaha para kesatria Pandawa
tidak berhasil. Mereka menerima kekalahan.
Ketidakmampuan Pandawa melawan
Bisma, serta kematian Utara dan Sweta di hari pertama, membuat Yudistira menjadi pesimis. Namun Sri Kresna berkata bahwa kemenangan sesungguhnya akan berada di pihak
Pandawa.
Hari
kedua
Sebagian besar pasukan Korawa gugur di tangan Arjuna
dan pada akhir hari kedua, Korawa mendapatkan kekalahan.
Hari
ketiga
Kesabaran Kresna
habis sehingga ia ingin membunuh Bisma
dengan tangannya sendiri, namun dicegah oleh Arjuna.
Pada hari ketiga, pasukan korawa
dengan formasi burung elang dan para pandawa menerapkan formasi bulan sabit. Pasukan
Korawa menitikberatkan penyerangannya kepada Arjuna. Kemudian kereta Arjuna
diserbu oleh berbagai panah dan tombak. Dengan kemahirannya yang hebat, Arjuna
membentengi keretanya dengan arus panah yang tak terhitung jumlahnya.
Hari
keempat
Abimanyu dikepung oleh para ksatria
Korawa lalu diserang. Arjuna melihat hal tersebut lalu menolong Abimanyu. Bima
muncul pada saat yang genting tersebut lalu menyerang para kstria Korawa dengan
gada.
Kemudian Duryodana mengirimkan pasukan gajah untuk menyerang Bima. Kemudian
Bima menyerang para kesatria Korawa dan membunuh delapan adik Duryodana dengan
gada baja miliknya. Akhirnya ia dipanah dan tersungkur di keretanya. Gatotkaca melihat hal tersebut, lalu merasa sangat marah kepada
pasukan Korawa. Bisma menasehati bahwa tidak ada yang mampu melawan Gatotkaca
yang sedang marah, lalu menyuruh pasukan agar mundur. Pada hari itu, Duryodana
merasa sedih telah kehilangan saudara-saudaranya.
Hari
kelima
Pada hari kelima, pertempuran terus
berlanjut. Pasukan Pandawa dengan segenap tenaga membalas serangan Bisma.
Hari
keenam
Yudistira menyuruh Drestadyumna agar membentuk formasi Makara, dengan Drupada dan Arjuna
sebagai pemimpin garis depan. Untuk menandingi kekuatan Yudistira, Bisma
menginstruksikan agar pasukan Korawa membentuk formasi burung bangau, dengan Balhika
dan angkatan perangnya sebagai pemimpin garis depan.
Bima bertarung melawan Drona
dengan sengit. Bima memanah kusir kereta Drona sehingga tewas seketika. Di
tengah pasukan musuh, Bima mengamuk sehingga pasukan Korawa kacau-balau.
Hari
ketujuh
Pada hari ketujuh, pasukan Korawa di
bawah instruksi Bisma
membentuk formasi Mandala. Untuk mengantisipasinya, Yudistira menginstruksikan agar pasukan Pandawa membentuk formasi
Bajra. Arjuna
berhasil merusak formasi Mandala, sehingga Bisma maju untuk menghadapinya.
Sementara itu, Drona bertarung menghadapi Wirata
Raja Matsya. Sementara itu, Satyaki bertarung menghadapi raksasa Alambusa, sedangkan Drestadyumna menghadapi Duryodana. Pada hari tersebut, para kesatria Korawa lebih banyak
menderita kekalahan dibandingkan pihak Pandawa.
Hari
kedelapan
Pada hari kedelapan, Bima membunuh delapan putera Dretarastra, yaitu: Sunaba, Adityaketu, Wahwasin, Kundadara, Mahodara, Aparajita, Panditaka dan Wisalaksa. Sunaba, Adityaketu, Aparajita dan Wisalaksa gugur dengan kepala terpenggal, sedangkan
yang lainnya gugur karena senjata panah yang diluncurkan Bima. Setelah
menyaksikan kematian mereka, Duryodana memerintahkan para saudaranya yang masih
hidup untuk membunuh Bima. Namun tak satu pun putra Dretarastra yang berani maju menghadapi Bima setelah mereka menyaksikan
kematian delapan saudaranya.
Hari
kesembilan
Abimanyu putra Arjuna
menghancurkan laskar Korawa sambil mengamuk. Para kesatria terkemuka di pihak
Korawa tidak mampu menghadapinya, karena seolah-olah Abimanyu merupakan Arjuna
yang kedua.
Hari
kesepuluh
Pada hari kesepuluh, Pandawa yang merasa tidak mungkin untuk mengalahkan Bisma
menyusun suatu strategi. Mereka berencana untuk menempatkan Srikandi di depan kereta Arjuna,
sementara Arjuna sendiri akan menyerang Bisma
dari belakang Srikandi. Srikandi dipilih sebagai tameng Arjuna sebab ia
merupakan seorang wanita yang berganti kelamin menjadi pria, dan hal itu
membuat Bisma enggan menyerang Srikandi. Disamping itu, Srikandi merupakan reinkarnasi Amba,
wanita yang mati karena perasaannya disakiti oleh Bisma, dan bersumpah akan
terlahir kembali sebagai pembunuh Bisma yang menjadi penyebab atas
penderitaannya.
Hari
kesebelas
Setelah kekalahan Bisma pada hari
kesepuluh, Karna
memasuki medan laga dan melegakan hati Duryodana. Ia mengangkat Drona
sebagai panglima tertinggi pasukan Korawa. Karna dan Duryodana berencana untuk
menangkap Yudistira hidup-hidup. Membunuh Yudistira di medan laga hanya membuat
para Pandawa semakin marah, sedangkan dengan adanya Yudistira para Pandawa
mendapatkan strategi perang.
Hari
kedua belas
Setelah menerima kegagalan, Drona
yakin bahwa rencana untuk menaklukkan Yudistira sulit diwujudkan selama Arjuna
masih ada.
Hari
ketiga belas
Menjelang akhir hari kedua belas,
setelah melalui pertarungan yang sengit, akhirnya Bhagadatta dan Susarma gugur
di tangan Arjuna. Sementara itu, Abimanyu gugur karena terjebak dalam formasi Cakrabyuha. Setelah mengetahui kematian putranya, Arjuna marah pada
Jayadrata yang menghalangi usaha para Pandawa untuk melindungi Abimanyu. Ia
bersumpah akan membunuh Jayadrata pada hari keempat belas. Ia juga bersumpah
bahwa jika ia tidak berhasil melakukannya sampai matahari terbenam, ia akan
membakar dirinya sendiri.
Hari
keempat belas
Arjuna menghancurkan satu aksauhini
(109.350 tentara) prajurit Korawa. Pasukan Korawa melindungi Jayadrata dengan baik, untuk mencegah Arjuna menyerangnya. Akhirnya,
menjelang sore, Arjuna mendapati bahwa Jayadrata dikawal oleh Karna
dan lima kesatria perkasa lainnya.
ertempuran berlanjut setelah
matahari terbenam. Saat bulan tampak bersinar, Gatotkaca, putra Bima membunuh banyak kesatria, dan menyerang lewat udara. Karna
menghadapinya lalu mereka bertarung dengan sengit, sampai akhirnya Karna
mengeluarkan Indrastra, sebuah senjata surgawi yang diberikan kepadanya oleh
Dewa Indra.
Gatotkaca yang menerima serangan tersebut lalu memperbesar ukuran tubuhnya. Ia
gugur seketika kemudian jatuh menimpa ribuan prajurit Korawa.
Hari
kelima belas
Setelah Raja Drupada dan Raja Wirata
dibunuh oleh Drona,
Bima dan Drestadyumna bertarung dengannya di hari kelima belas. Karena Drona amat
kuat dan memiliki brahamastra (senjata ilahi) yang tak terkalahkan, Kresna
memberi isyarat pada Yudistira bahwa Drona akan menyerah apabila Aswatama – putranya – gugur dalam perang tersebut. Kemudian Bima
membunuh seekor gajah bernama Aswatama, dan berteriak dengan keras bahwa
Aswatama gugur.
Setelah perang di hari itu berakhir,
Kunti
(ibu para Pandawa) secara rahasia pergi menemui Karna,
putra yang dibuangnya, dan memintanya untuk mengampuni nyawa para Pandawa,
karena mereka adalah adiknya. Karna berjanji pada Kunti bahwa ia akan
mengampuni nyawa para Pandawa, kecuali Arjuna.
Hari
keenam belas
Pada hari keenam belas, Karna
menjadi panglima tertinggi pasukan Korawa. Ia membunuh banyak prajurit pada
hari itu. Sebuah pertempuran sengit terjadi antara Arjuna melawan Karna.
Hari
ketujuh belas
Pada hari ketujuh belas, Karna
mengalahkan Bima dan Yudistira dalam pertempuran, namun nyawa mereka diampuni. Kemudian,
Karna melanjutkan pertarungannya melawan Arjuna.
Saat bertarung, roda kereta Karna terperosok ke dalam lumpur sehingga Karna
meminta izin untuk menghentikan pertarungan sejenak. Melihat kesempatan
tersebut, Kresna
mengingatkan Arjuna tentang sikap Karna yang tidak berbelas kasihan pada Abimanyu saat Abimanyu terbunuh setelah kehilangan senjata dan
keretanya. Terungkitnya kenangan pahit tersebut membuat hati Arjuna perih
kembali. Kemudian, Arjuna menembakkan panahnya untuk memenggal Karna, pada saat
Karna berusaha mengangkat roda keretanya yang terprosok ke dalam lumpur. Pada
hari yang sama, Bima menghancurkan kereta Dursasana dengan gadanya. Bima menangkap Dursasana lalu membunuhnya,
sehingga terpenuhilah sumpah yang dibuatnya saat Dropadi dipermalukan.
Hari
kedelapan belas
Di bawah pengawasan Baladewa, pertandingan gada berlangsung antara Bima melawan Duryodana,
dimana akhirnya Duryodana mengalami kekalahan.
Akhir
peperangan
Hanya sepuluh kesatria yang bertahan
hidup dari pertempuran, mereka adalah: Lima Pandawa, Yuyutsu, Satyaki, Aswatama, Krepa
dan Kertawarma. Aswatama ditangkap oleh para Pandawa setelah ia melakukan
pembunuhan di malam hari kedelapan belas, saat sekutu Pandawa sedang tidur.
Krepa kembali ke Hastinapura, sedangkan Kertawarma ke kediaman Wangsa Yadu.
Akhirnya, Yudistira dinobatkan sebagai Raja Hastinapura. Setelah memerintah selama beberapa lama, Yudistira
menyerahkan tahta kepada cucu Arjuna, Parikesit. Kemudian, ia bersama Pandawa dan Dropadi mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka. Dropadi dan empat
Pandawa, kecuali Yudistira, meninggal dalam perjalanan. Akhirnya Yudistira
berhasil mencapai puncak Himalaya, dan dengan ketulusan hatinya, oleh anugerah Dewa Dharma
ia diizinkan masuk surga
sebagai seorang manusia.
Bayar Pakai Dengan Pulsa AXIS XL TELKOMSEL
BalasHapusAnda Dapat Bermain Setiap Hari dan Selalu Menang Bersama Poker Vit
Capsa Susun, Bandar Poker,QQ Online, Adu Q, dan Bandar Q
Situs Situs Tersedia bebebagai jenis Permainan games online lain
Sabung Ayam S1288, CF88, SV388, Sportsbook, Casino Online,
Togel Online, Bola Tangkas Slots Games, Tembak Ikan, Casino
Terima semua BANK Nasional dan Daerah, OVO GOPAY
Whatsapp : 0812-222-2996
POKERVITA